Dalam buku lama Sang-hyang Siksa Kandang Karesian (ditulis tahun 1518) dijelaskan, bahwa ukuran kesejahteraan masyarakat Sunda waktu itu meliputi;

  • Lingkungan sekitar rumah terpelihara.
  • Tanaman yang ada disekitar subur.
  • Orang berpakaian layak mengenakan pridana.


Dalam masyarakat Jawa Barat juga dikenal ungkapan bisa nyandang, biso nganggo, bisa babasahan, bisa dibusana. Dengan kata lain melihat sejarahnya, masyarakat Jawa Barat memang sudah mengenal tata cara berbusana dengan baik.


Sumber : Selayang Pandang Jawa Barat : Moh. Rofi'i

Pakaian adat umumnya dipakai pada waktu upacara-upacara tertentu. Pakaian tradisional biasa dikenakan oleh penduduk suatu daerah/ suku tertentu. Pakaian tradisional juga bisa disebut sebagai pakaian adat. Berbagai daerah memiliki pakaian adat sebagai ciri khasnya.

Pakaian adat sering digunakan pada saat upacara adat, seperti upacara perkawinan, upacara penyambutan tamu agung, dan lain-lain. Ada juga jenis pakaian adat sebagai pakaian adat sehari-hari.

Pakaian adat Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pakaian adat gaya Priangan dan pakaian adat gaya Cirebon. Ini sesuai dengan dua budaya (suku) yang ada. Pakaian yang dijadikan simbol identitas pakaian adat di daerah Jawa Barat adalah Pakaian Adat Priangan.

Pakaian adat Priangan dan Cirebon memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Berikut ini persamaan dan perbedaan pakaian adat dari ke dua suku Daerah Jawa Barat tersebut.

Sumber : Selayang Pandang Jawa Barat : Moh. Rofi'i

Pakaian Adat untuk Kaum Perempuan

Kaum perempuan Priangan mengenakan kebaya surawe yang berhiaskan pasmen di bagian leher dan bawah kebaya. Sebaliknya, kaum wanita Cirebon mengenakan baju sorong atau baju kurung. Bahan kebaya surawe dan naju sorong atau baju kurung kaum wanita bangsawan terbuat dari sutra atau beludru, sedangkan untuk rakyat biasa terbuat dari kain kasar.

Kaum perempuan Priangan dan Cirebon mengenakan kain batik yang dililitkan di bagian bawah badan, dan pinggang hingga pergelangan kaki. Kain batik yang dikenakan biasanya buatan setempat, misalnya kain batik Garutan atau Ciamisan untuk kaum wanita Priangan dan dermayon atau trusmi untuk kaum wanita Cirebon.

Kaum perempuan Priangan dan Cirebon dari golongan rakyat biasa memakai perlengkapan pakaian berupa  gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng plenis emas atau perak, ali meneng, serta sendal, selop atau kelom. Sedangkan kaum wanita bangsawan Priangan atau Cirebon memakai seperangkat perlengkapan pakaian berupa kalung emas, gelang emas, giwang emas, serta selop yang bagian ujung atasnya dihias manik-manik.

Pakaian Adat untuk Kaum Laki-Laki

Kaum laki-laki biasa Priangan dan Cirebon memakai kain sarung poleng atau polekat. Cara memakainya sesuai keperluan. Ada yang dikerudungkan dan diikatkan atau dililitkan pada pinggang. Sebaliknya, kaum bangsawan laki-laki Priangan dan Cirebon pada acara-acara resmi lebih suka memakai kain batik halus.

Kaum laki-laki Priangan dan Cirebon mengenakan celana komprang yang berhiaskan pasmen dari atas ke bawah di bagian tengah samping dan sekeliling lubang celana. Kaum laki-laki Priangan dan Cirebon memakai iket sebagai penutup kepala. Iket yang dipakai kaum laki-laki bangsawan terbuat dari kain batik halus, sedangkan untuk kaum laki-laki rakyat biasa terbuat dari kain batik kasar. Khusus untuk kaum bangsawan Cirebon, bahannya terbuat dari kain wulung. Kemudian iket ini dikembangkan menjadi bendo, yaitu penutup kepala yang terbuat dari kain batik. Bendo di Priangan berbeda dengan bendo di Cirebon. Di bagian depan bendo Cirebon terdapat garis selebar 4 cm. Semakin ke dalam, lebar garis pada bendo tersebut semakin menyempit. Di bagian belakang bendo Priangan terdapat ikatan simpul pada ujung-ujung kain.

Kaum laki-laki rakyat biasa Priangan dan Cirebon mengenakan perlengkapan pakaian berupa cincin emas, hiasan jas pada bagian dada berupa rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau, dan selop atau sepatu.

Sumber : Selayang Pandang Jawa Barat : Moh. Rofi'i

sumber: https://www.senibudayaku.com/2017/10/pakaian-adat-jawa-barat-lengkap.html

Arsitektur rumah merupakan bagian penting yang mencerminkan kebudayaan. Rumah tradisional yang rata-rata memiliki tempat/ ruang pertemuan yang luas. Hal itu mencerminkan budaya kebersamaan antarwarga yang mendalam dan selalu dijunjung tinggi.

Pada umumnya rumah adat masyarakat Sunda asli berbentuk panggung (imah panggung). Sampai saat ini rumah adat tersebut banyak dijumpai di beberapa daerah adat di Jawa Barat.

Rumah adat Sunda berbentuk segi empat agak memanjang. Lantai rumah terbuat dari palupuh. Dinding rumah adat tersebut terbuat dari bilik, yaitu irisan bambu yang dianyam dengan pola kepang atau sasag. Kerangka rumahnya terbuat dari kayu. Tiang-tiang penyangga rumah beralaskan batu yang disebut tatapakan. Sementara itu, atap (hateup) rumahnya terbuat dari ijuk atau daun rumbia.

Rumah adat Sunda biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama. Bagian depan adalah teras. Bagian tengah disebut tengah imah dan kamar tidur. Bagian belakang berupa dapur atau pawon dan pedaringan atau goah. Rumah adat ini biasanya memiliki halaman depan dan halaman belakang.

Susunan rumah adat provinsi ini memanjang dengan arah barat-timur, sedangkan pintunya menghadap arah utara-selatan. Hal ini dimaksudkan agar tidak menentang arah perjalanan matahari atau kehendak alam.




Jika kita amati dan telusuri setiap rumah adat yang ada di setiap suku dan daerah di Indonesia, maka kita akan menemukan keunikan-keunikannya tersendiri. Hal ini bisa kita lihat dari sisi artistik, tujuan, serta makna dari rumah adat tersebut.

Apalagi jika kita pahami arti dari sisi filosofis dan spiritual yang terkandung di dalam setiap rumah adat tersebut, maka sungguh semakin menarik lagi untuk kita pelajari.



Dilihat dari berbagai jenis desain dan fungsi rumahnya, maka tetap saja yang menjadi ciri khas rumah adat Sunda yaitu rumah yang berbentuk rumah panggung.

Namun jika kita lihat dari desain atapnya, maka ada 6 jenis desain rumah adat Jawa Barat. Supaya lebih jelas langsung saja ini dia rumah adat Jawa Barat.

1. Rumah Adat Jolopong

Rumah Jolopong atau imah Jolopong merupakan bentuk yang paling sederhana dan banyak dijumpai di daerah-daerah cagar budaya Sunda atau bahkan di desa-desa juga masih banyak kita temui.

Baca Juga Dong  Cara Menghitung Persen dengan Mudah, Simpel, dan Tidak Ribet
Masyarakat banyak yang menggunakan rumah Jolopong ini dengan alasan karena desainnya simpel dan juga tidak memerlukan banyak material.

Jika kita perhatikan, rumah adat Jolopong ini bentuk atapnya seperti pelana dan memanjang. Atap dari rumah Jolopong ini begitu sederhana tanpa memerlukan pernak-pernik, aksesoris, atau lekukan yang rumit.

Bentuk rumah Jolopong sendiri mempunyai dua bidang atap yang saling bersatu dan sama panjang. Kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur suhunan di tengah bangunan rumah.

Jika kita tarik garis imajiner, maka antara ujung atap satu dengan yang lainnya akan membentuk sebuah segitiga sama kaki.

Umumnya, pada rumah Jolopong ini terdiri dari beberapa ruang sebagai berikut:
  • Ruang depan atau disebut juga emper atau tepas.
  • Ruang tengah yang disebut dengan tengah imah atau patengahan.
  • Ruang samping yang disebut dengan pangkeng atau kamar.
  • Ruang belakang yang terdiri atas dapur yang disebut pawon dan juga tempat menyimpan beras yang disebut padaringan.

Desain rumah semacam ini hingga kini masih digunakan oleh sebagian masyarakat Garut yaitu tepatnya di Kampung Dukuh.


2. Rumah Adat Parahu Kumureb

Pada rumah parahu kumureb atau imah parahu kumureb, desain atapnya mempunyai 4 bagian utama. Dua bagian di depan dan belakang yang berbentuk trapesium, dan dua bagian lagi di sisi kanan kiri yang berbentuk segitiga sama sisi.

Pada bentuk ini, rumah mempunyai dua batang kayu yang menghubungkan satu diantara ujung batang kepada kedua sudut rumah secara landai sehingga terbentuklah satu bidang atap yang berbentuk segitiga.

Desain atap seperti Parahu Kumureb ini ada juga di Palembang, namun mereka menyebutnya dengan desain atap Limasan.

Sesuai dengan namanya, atap rumah adat Jawa Barat yang satu ini secara bentuk memang mirip seperti sebuah perahu yang tengkurap atau terbalik.

Ada satu kelemahan yang memang sangat mengganggu sekali jika menggunakan desain atap parahu kumureb ini, yaitu mudah bocor, apalagi jika hujan tiba, hal ini adalah karena terlalu banyak sambungan.

Namun tetap saja yang namanya rumah adat ini harus dilestarikan. Sampai saat ini masih ada masyarakat yang masih menggunakan desain atap parahu kumureb ini yaitu di Kabupaten Ciamis tepatnnya di daerah Kampung Kuta.

3. Rumah Adat Badak Heuay

Secara makna, Badak Heuay itu dalam bahasa Indonesia berarti Badak Menguap. Sehingga tidak heran jika atap rumah adat Jawa Barat yang satu memiliki bentuk seperti layaknya badak yang sedang menguap atau membuka mulut.

Rumah adat dengan desain atap seperti badak yang sedang menguap ini terdiri dari 2 bagian atap, yaitu bagian kecil dan besar. Atap yang bagian besarnya diletakkan di bagian belakang, sedangkan yang bagian kecilnya memayungi bagian depan rumah atau teras sebagai tempat menerima tamu.

Hingga sekarang masih ada masyarakat Sukabumi yang memanfaatkan desain rumah badak heuay ini untuk desain rumah hunian mereka.

4. Rumah Adat Tagog Anjing

Tagog (kata sifat) atau Nagog (kata kerja) sendiri merupakan bahasa Sunda yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah duduk. Sehingga jika kita maknai ke dalam bahasa Indonesia maka Tagog Anjing itu artinya Anjing yang sedang duduk.

Jika kita perhatikan, memang bentuk atap pada salah satu rumah adat Jawa Barat ini mirip dengan anjing yang sedang duduk.

Pada bagian atapnya, ada dua atap yang menyatu dan berbentuk segitiga, dan bagian atap yang satunya lagi menyambung pada bagian depan. Sambungan atap ini biasa disebut dengan istilah sorondoy. Sorondoy ini biasanya digunakan sebagai peneduh pada teras bagian depan.

Desain rumah tagog anjing ini banyak digunakan oleh masyarakat Garut dan merupakan ciri khas masyarakat setempat. Beberapa tempat istirahat, bungalow, dan hotel di sekitar puncak sering menggunakan desain atap rumah ini.

5. Rumah Julang Ngapak

Jika kita artikan ke dalam bahasa indonesia, Julang Ngapak berarti seekor burung yang mengepakkan sayapnya.

Nama desain rumah ini demikian karena memang desain atapnya tampak melebar di sisi-sisinya. Kemudian jika dilihat dari depan, maka bentuk atapnya tampak seperti seekor burung yang mengepakkan sayapnya.

Atap pada rumah ini bisa dibuat dari bahan ijuk, rumbia, atau alang-alang yang diikat pada kerangka atap yang terbuat dari bambu.

Rumah dengan desain atap Julang Ngapak ini biasanya dilengkapi dengan cagak gunting atau capit hurang pada bagian bubungannya. Hal dimaksudkan untuk mencegah air agar tidak merembes di bagian pertemuan antar atapnya yang terletak di ujung atas rumah.

Saat ini desain rumah Julang Ngapak masih bisa kita jumpai di beberapa daerah di Jawa Barat, seperti di Kampung Dukuh, Kuningan dan Kampung Naga, Tasikmalaya.

Tidak hanya itu, bahkan beberapa gedung milik Institut Teknologi Bandung (ITB) juga menggunakan desain atap rumah adat Jawa Barat yang satu ini.

6. Rumah Adat Capit Gunting


Rumah adat Sunda Capit Gunting sangat khas dan identik dengan desain atapnya yang mirip seperti sebuah capit pada gunting.

Dalam konteks basa Sunda, Capit diartikan sebagai sesuatu barang yang mana pada ujungnya bisa dijepitkan. Sedangkan kata Gunting dalam basa Sunda sama artinya dengan gunting dalam bahasa Indonesia, artinya adalah peralatan untuk memotong sesuatu yang ringan seperti kain atau kertas, alat ini semacam pisau atau bisa disebut sebagai pisau yang menyilang.

Pada masyarakat Sunda zaman dahulu, Capit Gunting sendiri adalah salah satu nama dari susuhunan atau bentuk atap rumah. Istilah nama susuhunan ini disebut juga Undagi, dimana Undagi merupakan sebuah tata arsitektur rumah adat Jawa Barat.

Secara fisik, bentuk atap pada rumah adat capit gunting ini sangat khas, yaitu pada bagian ujung atas di belakang dan ujung atas di bagian depan rumah bentuknya menyilang seperti gunting yang sedang dibuka. Bagian yang berbentuk gunting terbuka ini biasanya menggunakan kayu atau bambu.


Ciri Khas yang Dimiliki Rumah Adat Jawa Barat

Suatu daerah pasti memiliki suatu ciri khas atau keunikannya masing-masing. Seperti halnya di Jawa Barat yang memiliki ciri khas tersendiri  pada desain rumah adatnya. Berikut ini beberapa hal yang mencirikan rumah adat Jawa Barat:

  • Pondasi

Bentuk pondasi pada Rumah adat Jawa Barat tidak jauh berbeda dengan rumah tradisional lain daerah lain. Hanya ada sedikit perbedaan, yaitu pada bentuk pondasinya, dimana pondasi pada rumah adat Jawa Barat lebih unik dan menarik.

Pondasi rumah ini biasanya berupa bebatuan yang diletakkan tepat dibawah sudut-sudut rumah. Hal ini bertujuan agar rumah tidak mengalami kerusakan yang berarti saat terjadi gempa bumi dan juga untuk menghindari kelembaban lantai rumah.

  • Lantai

Lantai rumah adat Sunda dibuat dari bahan bambu. Bambu ini adalah bambu yang telah dibelah dan dibuat melebar, dan di Sunda sendiri disebut dengan talupuh.

Bahan bambu yang digunakan untuk lantai ini sangat bermanfaat untuk sirkulasi udara yang melewati area kolong rumah, selain itu juga dapat menahan kelembaban yang berlebihan di dalam rumah.

  • Dinding

Dinding Rumah adat Jawa Barat dibuat dari anyaman bambu. Anyaman ini tidak dibuat sangat rapat tetapi biasanya mempunyai lubang-lubang yang kecil yang bermanfaat untuk jalan masuknya udara dari luar ke dalam rumah.
Selain dinding, pintu dan jendela pun juga ikut dibuat dengan menggunakan bambu pada daun pintu dan daun jendelanya. Rumah ini akan semakin kental dengan rumah bambunya.

  • Plafon

Kerangaka plafon Rumah Sunda terbuat dari susunan bambu. Desainnya sengaja dibuat lebih bermanfaat agar bisa digunakan sebagai ruangan tempat menyimpan beberapa barang. Rangka utama menggunakan bambu utuh, sedangkan penutupnya menggunakan pelupuh.

  • Tata Letak

Sebuah rumah tidak boleh dihadapkan ke arah selain barat dan timur, ini merupakan kepercayaan dari orang Sunda. Letak rumah juga harus disusun rapi dengan rumah lainnya dalam satu kampung. Ketika Anda berkunjung ke perkampungan Sunda yang masih kental dengan Rumah Sundanya. Rumah Sunda terkenal rapi dan berjejer.

Gambar Rumah Adat Jawa Barat

Berikut ini merupakan kumpulan gambar dari rumah adat Jawa Barat yang sangat identik dengan karakteristik urang Sunda.


rumah adat jawa barat
alimustikasari.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
lihat.co.id
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
info-kita.com
rumah adat jawa barat
hadiyanuariswanto.wordpress.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com
rumah adat jawa barat
edesainminimalis.com



Sketsa Rumah Adat Jawa Barat

Di bawah ini kumpulan gambar sketsa rumah adat Jawa Barat, mungkin bisa dijadikan sebagai gambar mewarnai atau sebagai bahan inspirasi bagi yang ingin membuat rumah layaknya rumah adat Jawa Barat.

rumah adat jawa barat
paguyubanpakuanpajajaran.blogspot.co.id
rumah adat jawa barat
paguyubanpakuanpajajaran.blogspot.co.id
rumah adat jawa barat
desainrumahsd.com
rumah adat jawa barat
desainrumahsd.com
rumah adat jawa barat
desainrumahsd.com
rumah adat jawa barat
desainrumahsd.com
rumah adat jawa barat
andirustandisunarya.wordpress.com
rumah adat jawa barat
andirustandisunarya.wordpress.com


sumber: https://ekspektasia.com/rumah-adat-jawa-barat/#Rumah_Adat_Jawa_Barat
https://www.senibudayaku.com/2018/01/rumah-adat-jawa-barat.html

Jawa Barat terletak di Pulau Jawa bagian barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Banten di bagian Barat serta Provinsi Jawa Tengah di bagian timur. Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah Bandung. Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan yang menjadi ciri khasnya masing-masing, begitupula Provinsi Jawa Barat ini. Provinsi Jawa Barat memiliki beragam kesenian dan kebudayaan yang cukup banyak jumlahnya.

Kebudayaan daerah di Provinsi Jawa Barat lebih dipengaruhi oleh dua kebudayaan utama, yaitu kebudayaan Sunda dan kebudayaan Cirebon. Kebudayaan Sunda berkembang di tataran Sunda, Tanah Pasundan atau Tanah Priangan. Kebudayaan Cirebon berkembang di daerah bekas karesidenan Cirebon kawasan bagian utara. Kebudayaan lain yang berkembang di wilayah Provinsi Jawa Barat adalah budaya Betawi dan pesisir. Budaya Betawi terdapat di daerah-daerah yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta. Kebudayaan pesisir banyak terdapat di daerah-daerah pesisir pantai.


A. Bahasa Daerah Jawa Barat

Penduduk asli Provinsi Jawa Barat adalah suku Sunda dan Cirebon, sehingga bahasa sehari-hari yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda dan Cerbon. Tiap-tiap bahasa ini digunakan oleh penduduk di daerah Priangan, Cirebon, dan daerah-daerah lainnya. Dalam bahasa Sunda dikenal istilah undak-usuk-basa, yaitu pemakaian bahasan sesuai dengan tingkat sosial pemakai bahasa dalam masyarakat, seperti istilah bahasa yang dianggap kasar, sedang lemes, cohag atau kasar pisan, dan luhur atau lemes pisan.

Dalam bahasa Sunda juga dikenal beberapa dialek. Dialek adalah cara pengucapan kata-kata yang khas di suatu daerah atau kelompok masyarakat (istilah lainnya logat atau aksen). Ada dialek Priangan, Bogor (Karawang), dan Cirebon. Setiap dialek memiliki karakter khas sendiri-sendiri.


B. Rumah Tradisional Daerah Jawa Barat

Pada umumnya rumah adat masyarakat Sunda asli berbentuk panggung (imah panggung). Rumah adat sunda berbentuk segi empat agak memanjang, dengan lantai rumah yang terbuat dari palupuh. Dinding rumah adat terbuat dari bilik, yaitu anyaman bambu dengan pola kepang atau sasag. Kerangka rumahnya terbuat dari kayu, dengan penyangga tiang dari batu yang dinamakan tatapakan. Atap rumah terbuat dari ijuk atau daun rumbia.

Ada beberapa jenis nama rumah adat Sunda, antara lain Suhunan Japang (Tasikmalaya), Jogo Anjing, Suhunan Jure (Sumedang), Suhunan Ngupuk, Limasan (Majalengka), Panjalin (Majalengka), Lengkong (Kuningan), dan Citalang (Purwakarta).

Pembahasan lengkap mengenai rumah adat Jawa Barat » klik disini.


C. Pakaian Tradisional Daerah Jawa Barat

Pakaian adat daerah Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi dua. Ada pakaian adat gaya Priangan dan ada juga pakaian adat gaya Cirebon. Pakaian adat Priangan dan Cirebon memiliki beberapa persamaan dan perbedaan, antara lain sebagai berikut.

1. Pakaian Adat Perempuan
Perempuan Priangan mengenakan kebaya surawe, sedangkan kaum perempuan Cirebon mengenakan baju sorong atau baju kurung.
Kaum perempuan Priangan dan Cirebon mengenakan kain batik yang dililitkan di bagian bawah badan, dari pinggang hingga pergelangan kaki.
Kaum perempuan Priangan dan Cirebon dari golongan rakyat mengenakan perlengkapan pakaian berupa gelang emas atau perak, gelang bahar, suweng pelenis emas atau perak, ali meneng, dan sandal, selop, atau kelom. Sedangkan kaum wanita bangsawan Priangan dan Cirebon mengenakan perlengkapan pakaian berupa kalung emas, gelang emas, giwang emas, serta selop dengan hiasan manik-manik di bagian ujungnya.

2. Pakaian Adat Laki-Laki
Kaum laki-laki biasa Priangan dan Cirebon mengenakan kain sarung poleng atau polekat yang dikerudungkan dan diikatkan atau dililitkan pada pinggang.
Kaum laki-laki Priangan dan Cirebon mengenakan celana komprang yang berhiaskan pasmen.
Kaum laki-laki Priangan dan Cirebon mengenakan iket sebagai penutup kepala.
Kaum laki-laki rakyat biasa Priangan dan Cirebon mengenakan perlengkapan pakaian berupa cincin emas, rantai emas atau perak dengan liontin dari kuku harimau sebagai hiasan jas pada bagian dada, dan sepatu atau selop.

Pembahasan lebih lengkap mengenai pakaian adat Jawa Barat » klik disini


D. Kesenian Tradisional Daerah Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang kaya akan seni dan budaya. Beragam kesenian daerah yang dimiliki Jawa Barat, antara lain sebagai berikut.

1. Rampak Kendang
Kesenian Rampak Kendang merupakan suatu pertunjukan kendang yang dimainkan secara bersama-sama. Istilah rampak berasal dari bahasa Sunda yaitu bersama-sama. Meskipun mennggunakan istilah kendang sebagai instrumen utamanya, namun kesenian rampak kendang tidak hanya memerlukan kendang saja, tetapi divariasi dengan alat-alat lainnya seperti; gamelan, rebab, dan gitar.


2. Jaipong
Jaipongan merupakan tarian yang mengkolaborasikan berbagai macam gerakan seperti gerakan tari ronggeng, tari ketuk tilu, dan juga beberapa gerakan pencak silat yang sangat diminati masyarakat setempat pada waktu itu.

Tarian ini dikenal dengan sebutan jaipongan yang merupakan jenis kesenian tari pergaulan. Keunikan gerakan pada setiap pentas tari inilah yang kemudian mendongkrak keberadaan tari jaipong sebagai salah satu seni tari tradisional andalan dari Jawa Barat.

3. Sintren
Istilah sintren berasal dari dua kata, yaitu "Sinyo" dan "trennen". Sinyo berarti pemuda, dan trennen artinya latihan. Jadi Sintren artinya pemuda-pemuda Indramayu yang berlatih kesenian.

Cara memainkan sintren lebih mirip dengan pertunjukan sulap. Seorang penari perempuan pada awalnya mengenakan pakaian sehari-hari. Kemudian dimasukkan ke dalam kurungan sebesar kurungan ayam dan juga dimasukkan busana ke dalam kurungan tersebut, dalam beberapa saat penari telah berubah dengan mengenakan pakaian tari khusus.

4. Blantek

Blantek merupakan kesenian pertunjukan tradisional dari daerah Bogor. Bentuk kesenian ini menyerupai lenong Jakarta. Blantek dimainkan oleh beberapa penari laki-laki dan perempuan dengan dialog yang mengundang gelak tawa. Atraksi pemain di atas panggung banyak diwarnai lawakan dan permainan silat.

5. Wayang Golek

Sebagian orang menyebut kesenian wayang golek sebagai kesenian teater boneka. Istilah kata wayang berasal dari kata Wad an Hyang, yang artinya "leluhur", namun ada juga yang berpendapat berasal dari kata "bayangan". Cerita Wayang golek bersumber dari Ramayana dan Mahabharata. Pertunjukan wayang biasanya dilakukan pada acara kenduri baik dalam upacara perkawinan maupun hajatan sunatan, Agustusan atau pada saat peringatan hari-hari tertentu.

Beberapa Kesenian lain dari daerah Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Kesenian Daerah Provinsi Jawa Barat
NoJenis MusikAlat/ Instrumen Musik
1
Karawitan
Bentuk bunyi-bunyian (tetabeuhan), tetembangan , dan kekawihan. Karawitan yang dipadukan disebut karesmen.
2
Degung
Jenis musik yang menggunakan laras degung. Musik khas Jawa Barat ini menggunakan seperangkat gamelan berlaras degung, yaitu bonang peking, jengglong, cempres, kendang, gong, dan suling.
3
Kliningan
Jenis musik dengan laras slendro, namun kadang lepas dari laras slendro, misalnya laras pelog. Perangkat musik ini terdiri atas kendang, rebab, bonang, gambang, saron, rincik, penerus, peking, dan gong.
4
Cianjuran
Jenis alat musik yang digunakan untuk mengiringi tembang sunda Cianjuran. Alat musik ini terdiri dari dua buah kecapi (kecapi indung dan kecapi rincik) dan suling.
5
Angklung
Jenis alat musik dari bambu yang terdiri atas angklung, calung, dan bilah bambu lainnya.
6
Dog-Dog
Sejenis alat musik perkusi untuk mengiringi pertunjukan reog. Alat musik ini terdiri atas tempas, tilingtit, dan brang-brang.
7
Tarawangsa
Jenis alat musik gesek khas sumedang berbentuk seperti rebab dan didukung alat musik petik yang disebut jentreng (sejenis kecapi).
8
Rengkong
Pikulan padi yang dapat menghasilkan bunyi khas.
9
Tarling                                                                       
Seni musik khas Cirebon dengan gitar dan suling sebagai alat musik utamanya. Alat musik pendukungnya berupa kendang, kecrek, gong, organ dan tamborin.

Seni Tari
Seni Tari
Tarian daerah yang terdapat di Jawa Barat meliputi dua kelompok. Ada kelompok tarian klasik dan ada juga kelompok tarian kreasi. Tarian klasik adalah jenis tarian yang masih kental dengan tradisi budaya daerah. Contohnya adalah seperti Tari Merak, Topeng, dan Bangreng. Tari Kreasi adalah jenis tarian yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Contohnya adalah tari Jaipong.

Tarian Daerah Provinsi Jawa Barat
NoJenis TariKeterangan
1
Tarian Klasik
Tari Tayuban/Nayuban, Ronggeng Gunung, Ketuk Tilu, Doger Kontrak, Longser, Banjet, Bangreng, Kemprongan, Bedaya Tara-wangsa, Kadagan, Sekar Putri, Lenyepan, Gawil, Ponggawa, Topeng Betawi, Merak, Kijang, Kupu-Kupu, Topeng, Sulintang, Ratu Graeni, Kendang Penca, Anjasmara, Reog, Ibing Keurseus, Gotong Singa.
2
Tarian Kreasi
Tari Jaipong

Seni Kerajinan
Di Jawa Barat terdapat berbagai jenis seni kerajinan rakyat. Kerajinan-kerajinan tersebut ada yang berkembang menjadi kegiatan industri, dan juga ada yang berkembang secara tradisional. Berikut ini Tabel Seni Kerajinan Rakyat Provinsi Jawa Barat.
Seni Kerajinan Rakyat Provinsi Jawa Barat
NoDaerahSeni Kerajinan
1
Kab. Cirebon
Batik Tradisional Trusmi, kedok, rotan, lukis kaca dan kulit.
2
Kab. Indramayu
Tembikar, topeng, tas kulit ular, tikar pandan, batik tulis, dan bulu domba.
3
Kab. Tasikmalaya 
Payung, anyaman, batik tulis, kelom geulis, sepatu kulit, bordir, anyaman mendong dan topi.
4
Kab. Purwakarta
Keramik
5
Kota Bandung
Sepatu
6
Kota Bekasi
Anyaman bambu dan pahat patung
7
Kota Bogor
Kerajinan Tanduk

Lagu Daerah
Lagu Daerah Jawa Barat adalah Bubuy Bulan. Beberapa lagu terkenal lainnya, antara lain Es Lilin, Cing Cangkeling, Tokecang, Warung Pojok, Manuk Dadali, Sintren, Kembang Jahe Laos, dan Panon Hideung.


E. Upacara-Upacara Adat Daerah Jawa Barat

Setiap daerah di Indonesia kental dengan berbagai upacara. Tujuan upacara tersebut biasanya berkaitan dengan pelestarian adat suatu daerah. Apa saja jenis upacara adat di Jawa Barat, silahkan perhatikan pada tabel berikut ini.
Jenis Upacara Adat di Jawa Barat
NoJenis Upacara AdatNama Upacara Adat
1
Kehamilan
Kandungan berusia 3, 5, 7, dan 9 bulan.
2
Masa Bayi
Tembuni, Nenjrak Bumi, Puput Puseur, Ekah, Nurunkeun, Cukur Rambut, dan Turun Taneuh
3
Masa Kanak-Kanak 
Khitan dan Gusaran
4
Perkawinan
Nanyaan, Neundeun Omong, Nyeureuh, Seserahan, Ngeuyeuk Seureuh, Akad Nikah, Sawer, Meuleum Harupat, Nincak Endog, Nincak Songsong, Pecah Kendi, Huap Lingkung, dan Bakakak Hayam.
5
Kematian
Pemberitahuan, Pemandian oleh Lebe/ Amil, Pengkafanan dengan kain boeh, serta taklilan (hari ke-40, ke-100, dan ke-1000 kematian)
6
Upacara Adat Lainnya
Muludan, Pesta laut, Kawin Tebu, Seren taun, Ngirab, dan Sedekah bumi.


F. Permainan Tradisional Rakyat Daerah Jawa Barat

Permainan tradisional rakyat merupakan permainan yang biasanya dilakukan oleh sekelompok anak-anak di daerah tersebut. Provinsi Jawa Barat memiliki beragam permainan tradisional rakyat. Beberapa permainan tradisional rakyat Daerah Jawa Barat silahkan dilihat pada tabel berikut ini.


Permainan Tradisional Rakyat Jawa Barat
NoNama PermainanDaerah Permainan
1
Bebentengan 
Cirebon dan pantai utara Jawa Barat
2
Congkak
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
3
Ecor
Daerah Kabupaten Karawang
4
Gatrik
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

5
Kobak
Daerah Bandung, Bogor, Garut dan Cianjur

6
Meong Bongkok
Daerah Cibitu, Kab. Garut
7
Ngadu Karbit
Daerah Karawang dan Bekasi
8
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
9
Oray-orayan
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
10
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
11
Prang-pring
Daerah Parahyangan
12
Daerah Parahyangan

13
Sursar/ Surser
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
14
Serokan
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat
15
Susumputan
Hampir seluruh wilayah Jawa Barat

Untuk mengetahui permainan tradisional lainnya dan lebih lengkap » klik disini


G. Makanan Tradisional Daerah Jawa Barat

Makanan dan minuman khas Jawa Barat banyak jenisnya. Tiap-tiap jenis makanan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan daerah setempat. Jenis-jenis makanan yang menjadi ciri khas Jawa Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Makanan/ Minuman Khas Jawa Barat
NoDaerahNama Makanan/ Minuman
1
Kota Bandung
Oncom dan Peuyeum

2
Kab. Ciamis
Galendo, saroja
3
Kota Bogor
Asinan dan tales

4
Kab. Cianjur
Tauco, Manisan, dan Pepes Ikan Mas
5
Kab. Purwakarta
Peuyeum Bendul dan simping
simping

6
Kab. Sukabumi
Rempang pala

7
Kab. Garut
Dodol dan jeruk

8
Kota Tasikmalaya
Nasi Tutug Oncom (TO)
9
Kab. Tasikmalaya
Kupat Tahu


9
Kab. Indramayu
Kerupuk terasi, nasi lengko, doclang, emping tike, serabi, rumbah, klepon, tapel, cikak, koci, dan lara gudig
Emping tike



sumber: https://www.senibudayaku.com/2017/05/kebudayaan-daerah-jawa-barat.html