Selain permainan yang telah dijelaskan pada link berikut http://literasismpn1skm.blogspot.com/2018/09/permainan-tradisional-sunda-jawa-barat.html, ada beberapa permainan tradisional sunda lain yang dulu sering dimainkan oleh anak-anak sunda , diantaranya;

17. Pérépét Jengkol


Pérépét jéngkol jajahéan
Kadempét kohkol, jéjérétéan
Eh jaja eh jaja eh jaja eh jaja

Permainan tradisional yang sangat sederhana di mana tidak menggunakan alat apa pun, dan hanya memerlukan 3 sampai 4 orang pemain.

Permainan Perepet Jengkol memiliki manfaat yang berguna bagi tubuh, yaitu :
  • Melatih keseimbangan para pemainnya.
  • Melatih kekompakan antar pemainnya dalam satu kelompok.
  • Melatih kekuatan kaki para pemain, karena kaki sebagai penopang dalam permainan, kalau kaki para pemain tidak dapat menahan maka para pemain akan jatuh.
  • Melatih kecerdikan, agar kaki para pemain tidak mudah terlepas supaya pemain tidak mudah terjatuh.
  • Melatih kelincahan tubuh, karena para pemain harus meloncat-loncat sambil berputar-putar.
Cara bermain dari permainan tradisional Perepet Jengkol, yaitu:
  1. Yang pertama harus dilakukan ialah Para pemainnya berdiri sambil membelakangi temannya masing-masing kemudian para pemainnya saling berpegangan tangan atau merangkul asalkan saling mengikat satu sama lainnya.
  2. Selanjutnya, salah satu kaki setiap pemainnya diangkat kemudian dikaitkan dengan kaki pemain lainnya yang diangkat juga.
  3. Kaki mereka tersebut dianyamkan hingga kuat. Sehingga, kaki pemain yang satu dengan pemain yang lainnya saling terkait dan usahakan jangan terlepas.
  4. Apabila pertahanan kakinya sudah kuat, masing-masing pemain harus menjaga keseimbangannya agar tidak terjatuh dan satu per satu mulai melepaskan tangannya.
  5. Semua pemain meloncat-loncat bergerak berputar ke arah kanan atau kiri tergantung kesepakatan bersama. Sambil berputar semuanya melantunkan lagu yang ada di atas sambil bertepuk tangan.
  6. Semakin lama putarannya akan semakin cepat hingga akhirnya keseimbangan para pemain tidak dapat dipertahankan lagi dan semuanya berjatuhan.



18. Sorodot Gaplok



Cara bermain dari permainan  tradisional ini ialah :
  1. Yang pertama disepakati satu garis untuk memasang batu secara berdiri. Lantas ada satu garis pada jarak tertentu untuk pemain lawan melemparkan batu Biasanya berjarak 3 – 5 meter.
  2. Pemain yang memasang batu secara berdiri adalah pemain atau tim yang berjaga. Sedangkan pemain atau tim yang melempar batu adalah yang bermain.
  3. Tim pemain akan berdiri berjajar di garis lempar untuk melemparkan batu miliknya untuk menjatuhkan batu lawan.
  4. Sedangkan yang dalam satu lemparan bisa langsung menjatuhkan batu lawan, ada juga yang lemparan nya terlalu dekat atau terlalu jauh, sehingga harus melempar dari posisi jatuh batunya.
  5. Apabila jaraknya dekat, lemparan dilakukan secara ngolong, yaitu posisi setengah berjongkok dan batu dilemparkan lewat kolong kaki.
  6. Jika jaraknya cukup jauh, batu dikolongkan namun ke arah atas, lalu ditangkap, kemudian dilemparkan seperti biasa.
  7. Yang terakhir, apabila semua batu lawan sudah jatuh, dilanjutkan dengan tahap kedua, yaitu menjatuhkan batu lawan dengan menggunakan kaki. Batu diletakkan di atas kaki, lalu melangkah seraya berusaha membenturkan batu ke batu lawan.




19. Paciwit-ciwit Lutung

Permainan ini sangat unik sebab, kita menggunakan cubitan tangan, ketika tangan paling atas mencubit dengan keras maka cubitan tersebut akan sampai ke tangan yang paling bawah, kemudian tangan paling bawah akan pindah ke atas dan memulai cubitan kembali, semua pemain akan merasakan bagaimana rasanya ketika di atas dan ketika di bawah.

Permainan tradisional mengandung banyak nilai filosofi dan juga makna yang dapat dipelajari dan mampu mengikat masyarakat tingkat bawah maupun masyarakat tingkat atas dalam satu-kesatuan tanpa merasa adanya perbedaan. Selain itu juga mampu untuk menumbuh kembangkan kreatifitas dan cara bersosialisasi anak-anak untuk bersikap dan bertutur kata. Permainan ini juga mengajarkan anak-anak kita untuk bisa merasakan kesusahan orang lain.


20. Béklen


Sebuah permainan tradisional adu ketangkasan antara dua atau empat orang anak perempuan, berumur 7 – 12 tahun biasanya disebut dengan Beklen atau Bekelan. Mereka dapat bermain di ruang tertutup maupun terbuka. Permainan bola beklen atau bekel atau bekles berasal dari Jawa Barat. 

Alat yang digunakan dalam permainan tradisional ini yaitu :

  1. Bola bekel kecil berdiameter 3 cm yang berwarna-warni dan kulit kerang atau dikenal dengan kuwuk atau kewuk biasanya berjumlah hingga 10 buah.
  2. Kuwuk atau Kewuk berbentuk seperti cangkang kerang.
  3. Alat lain menggunakan kuningan berbentuk seperti biji mete yang 2 sisinya ditandai titik merah bulat.
  4. Media yang dibutuhkan yaitu tempat yang permukaannya datar seperti keramik, tehel, atau tanah yang datar agar bola dapat memantul secara stabil.


Cara Bermain Beklen atau Bekles :

  1. Tidak boleh “gudir” atau menyentuh kewuk lain selain sesi nya. Contohnya : saat sesi pengambilan 1 kuwuk, maka tidak boleh menyentuh kuwuk lain selain 1, kecuali jika “dicokcrok” atau mengambil kelipatan 1 lebih dari sekali, tapi dalam 1 kali bola melambung.
  2. Tidak boleh menggunakan 2 tangan dalam menggenggam semua kewuk kecuali tehnik .
  3. Apabila pemain ketika menyebar kuwuk, semuanya menghadap ke atas atau istilahnya “kar” atau semuanya menghadap ke bawah atau istilahnya “kub”, maka harus mengulang dari awal.
  4. Boleh mengambil selisih kuwuk yang lebih sedikit, kemudian jumlah yang wajib diambil. Seperti sesi 7 kuwuk, 3 buah kuwuk diambil di awal, kemudian 7 buah.


21. Lompat Tali / Sapintrong


Biasanya tali yang digunakan untuk permainan lompat tali ini di buat dari ronceaan tali dari karet gelang. Ini mengasah kekereatifan seorang anak dalam menjalin karet yang akan dipergunakan pada permainan tersebut.

Cara melakukan permainan lompat tali secara sendirian yaitu sebagai berikut:

  1. Sesuaikan karet tali dengan tinggi badan pemain. Caranya berdiri sambil menginjak bagian tengah tali dan tarik ujung-ujung disamping badan. Panjang tali sudah pas jika ujung tali yang di pegang sampai di ketiak.
  2. Karet tali di pegang erat dengan posisi lengan atas rapat dengan tubuh dan siku sejajar dipinggang. 
  3. Kemudian berdiri dengan posisi agak jinjit dan lutut sedikit di tekuk. Usahakan kepala tetap tegak tapi tetap rileks serta pandangan lurus ke depan.
  4. Pergelangan tangan digerakkan untuk memutar tali.
  5. Lompatan tidak terlalu tinggi saat tali menyentuh lantai, tinggi lompatan miximal 2,5cm dari lantai. Pertahankan posisi agak jinjit saat mendarat dan tumit jangan menyentuh lantai.
  6. Saat melompat harus hati-hati karena bisa jadi lompatan gagal
  7. Sebaiknya jika baru memulai permainan ini lakukan secara bertahap baru jika baru pandai biasa melakukan kombinasi gerakan.



22. Egrang/Jujungkungan




23. Ucing Kuriling




24. Tokecang



25. Pepeletokan




26. Encrak






27. Sermén





28. Sutén




29. Sasalimpetan



Sasalimpetan merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh anak-anak sambil bermain saling berpegangan tangan, berbaris ke arah sisi kanan atau sisi kiri. yang terahir arah sebelah kiri memegang kayu, pohon atau benda apa saja yang ada didepannya.
Lagu permainannya di bawah ini:
Sasalimpetan
Jajahan aing nu panjang héy! héy!
Saha nu panjang.




30. Pelak Cau




31. Olé-Olé Ogong

Olé-olé ogong merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh anak-anak ketika panen tiba sambil jalan-jalan di galengan atau sisi sawah mereka membuat taléot (empét-empétan) dibuat dari jerami kering. Biasanya jika sedang musim panén anak-anak suka bernyanyi sambil olé-oéan bersenang-senang bersama teman-temannya.

Lirik lagunya sbb:
Olé-olé ogong
Melak cabé di Tarogong
Dihakan ku embé ompong
Ditéang kari sapotong.


32. Ngadu Kaléci



33. Meuncit Reungit

Barudak keur siduru bari ngawih meuncit reungit
Meuncit reungit merupakan Lagu Permainan Sunda yang dinyanyikan oleh anak-anak sambil menghangatkan badan di depan kumpulan sampah yang dibakar, atau kebetulan ada orang yang sedang membakar sisa2 sampah pelastik. Biasanya dilakukan oleh anak-anak waktu malam hari menjelang magrib atau isa sebelum mereka berangkat mengaji atau solat ke masjid.
Lagunya di bawah ini:
Di dieu meuncit reungit
Di dinya meuncit domba
Di dieu beuki leungit
Di dinya beuki loba.

Lagu lainnya:
Ka ditu meuncit domba
Ka dieu meuncit reungit
Ka ditu beuki loba
Ka dieu beuki leungit.




34. Luncat Tali



35. Ngajajar Tilu / Jarlu


36. Gugunungan


37. Ayang-ayang Gung



38. Maén Panggal

 

39. Béklen

 

40. Ucing Peungpeun




33. dll