KOMPAS.com – Asumsi sebelumnya, sistem navigasi burung ada karena di dalam tubuh burung terdapat magnet yang dapat digunakan sebagai kompas.
Kompas ini diduga membantu burung agar tidak tersasar ketika melakukan migrasi. Namun, teori tersebut sedang diperbarui.
Dilansir dari Science Alert, Sabtu (01/09/2018), para ilmuwan berkata bahwa pada mata burung terdapat protein yang memberi mereka kemampuan untuk melihat medan magnetik Bumi.
Protein mata ini disebut Cry4, yang merupakan bagian dari kelas protein yang disebut cryptochromes. Crytochromes sendiri adalah fotoreseptor yang sensitif terhadap cahaya biru, yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan.
Namun, ada juga bukti dalam beberapa tahun terakhir yang mengatakan bahwa pada burung, cryptochromes di mata mereka membuat mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan mendeteksi medan magnetik, yang disebut magnetoreception.
Untuk menemukan bukti tambahan tentang kegunaan cryptochromes, dua tim ahli biologi dari Jerman dan Swedia melakukan penelitian lebih lanjut dengan burung yang berbeda.
Para peneliti dari Universitas Lund di Swedia mempelajari burung pipit zebra, dan para peneliti dari Universitas Carl von Ossietzky di Jerman mempelajari burung robin eropa.
Tim dari Universitas Lund mengukur ekspresi gen dari tiga cryptochromes, Cry1, Cry2 dan Cry4, yang terdapat pada otak, otot, dan mata burung pipit zebra.
Hipotesis mereka adalah cryptochromes yang terkait dengan magnetoreception terus bekerja mengikuti ritme sirkadian (jam biologis pada makhluk hidup). Mereka menemukan waktu sirkadian untuk gen Cry1 dan Cry2 fluktuatif atau tidak menentu setiap harinya.
Akan tetapi, Cry 4 diekspresikan secara konstan, menjadikannya kandidat yang paling mungkin untuk memiliki keterkaitan dengan magnetoreception.
Temuan ini juga didukung oleh bukti yang ditemukan oleh tim dari Jerman. Baca juga: Burung Julang, Satwa Endemik Sulawesi yang Populasinya Terus Berkurang "Kami juga menemukan bahwa mRNA Cry1a, Cry1b, dan Cry2 menampilkan pola osilasi sirkadian yang kuat, sedangkan Cry4 hanya menunjukkan osilasi sirkadian yang lemah," tulis para peneliti.
Disamping temuan ini, para peneliti juga menemukan sesuatu yang menarik. Pertama, Cry4 berkerumun di wilayah retina yang menerima banyak cahaya yang membuat magnetoreception bergantung pada cahaya.
Kemudian, burung robin eropa akan meningkatkan ekspresi Cry4 selama musim migrasi, dibandingkan dengan unggas atau burung lain yang tidak melakukan migrasi.
Kendati demikian, kedua tim penelitian sepakat untuk terus melanjutkan penelitian sebelum dapat mendeklarasikan bahwa Cry4 adalah protein yang memiliki keterkaitan yang kuat terhadap magnetoreception.
Bukti yang ditemukan memang cukup kuat, namun tidak definitif. Malahan masing-masing Cry1 dan Cry2 juga mempunyai implikasi terhadap magnetoreception.
Oleh karena itu, para peneliti berencana untuk mengamati burung dengan Cry4 yang tidak berfungsi untuk mencari tahu bagaimana respons burung akan tidak adanya unsur tersebut, sementara penelitian lain akan mencari peran Cry1.
Jadi, apa dilihat oleh burung? Kita tidak bisa tahu seperti apa dunia ini terlihat lewat mata spesies lain, tetapi kita mungkin bisa menebaknya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Temukan Ternyata Burung dapat Melihat Medan Magnetik Bumi", https://sains.kompas.com/read/2018/09/03/203300523/ilmuwan-temukan-ternyata-burung-dapat-melihat-medan-magnetik-bumi.
Penulis : Bhakti Satrio Wicaksono
Editor : Shierine Wangsa Wibawa
Kompas ini diduga membantu burung agar tidak tersasar ketika melakukan migrasi. Namun, teori tersebut sedang diperbarui.
Dilansir dari Science Alert, Sabtu (01/09/2018), para ilmuwan berkata bahwa pada mata burung terdapat protein yang memberi mereka kemampuan untuk melihat medan magnetik Bumi.
Protein mata ini disebut Cry4, yang merupakan bagian dari kelas protein yang disebut cryptochromes. Crytochromes sendiri adalah fotoreseptor yang sensitif terhadap cahaya biru, yang ditemukan pada tumbuhan dan hewan.
Namun, ada juga bukti dalam beberapa tahun terakhir yang mengatakan bahwa pada burung, cryptochromes di mata mereka membuat mereka mampu untuk menyesuaikan diri dengan mendeteksi medan magnetik, yang disebut magnetoreception.
Untuk menemukan bukti tambahan tentang kegunaan cryptochromes, dua tim ahli biologi dari Jerman dan Swedia melakukan penelitian lebih lanjut dengan burung yang berbeda.
Para peneliti dari Universitas Lund di Swedia mempelajari burung pipit zebra, dan para peneliti dari Universitas Carl von Ossietzky di Jerman mempelajari burung robin eropa.
Tim dari Universitas Lund mengukur ekspresi gen dari tiga cryptochromes, Cry1, Cry2 dan Cry4, yang terdapat pada otak, otot, dan mata burung pipit zebra.
Hipotesis mereka adalah cryptochromes yang terkait dengan magnetoreception terus bekerja mengikuti ritme sirkadian (jam biologis pada makhluk hidup). Mereka menemukan waktu sirkadian untuk gen Cry1 dan Cry2 fluktuatif atau tidak menentu setiap harinya.
Akan tetapi, Cry 4 diekspresikan secara konstan, menjadikannya kandidat yang paling mungkin untuk memiliki keterkaitan dengan magnetoreception.
Temuan ini juga didukung oleh bukti yang ditemukan oleh tim dari Jerman. Baca juga: Burung Julang, Satwa Endemik Sulawesi yang Populasinya Terus Berkurang "Kami juga menemukan bahwa mRNA Cry1a, Cry1b, dan Cry2 menampilkan pola osilasi sirkadian yang kuat, sedangkan Cry4 hanya menunjukkan osilasi sirkadian yang lemah," tulis para peneliti.
Disamping temuan ini, para peneliti juga menemukan sesuatu yang menarik. Pertama, Cry4 berkerumun di wilayah retina yang menerima banyak cahaya yang membuat magnetoreception bergantung pada cahaya.
Kemudian, burung robin eropa akan meningkatkan ekspresi Cry4 selama musim migrasi, dibandingkan dengan unggas atau burung lain yang tidak melakukan migrasi.
Kendati demikian, kedua tim penelitian sepakat untuk terus melanjutkan penelitian sebelum dapat mendeklarasikan bahwa Cry4 adalah protein yang memiliki keterkaitan yang kuat terhadap magnetoreception.
Bukti yang ditemukan memang cukup kuat, namun tidak definitif. Malahan masing-masing Cry1 dan Cry2 juga mempunyai implikasi terhadap magnetoreception.
Oleh karena itu, para peneliti berencana untuk mengamati burung dengan Cry4 yang tidak berfungsi untuk mencari tahu bagaimana respons burung akan tidak adanya unsur tersebut, sementara penelitian lain akan mencari peran Cry1.
Jadi, apa dilihat oleh burung? Kita tidak bisa tahu seperti apa dunia ini terlihat lewat mata spesies lain, tetapi kita mungkin bisa menebaknya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ilmuwan Temukan Ternyata Burung dapat Melihat Medan Magnetik Bumi", https://sains.kompas.com/read/2018/09/03/203300523/ilmuwan-temukan-ternyata-burung-dapat-melihat-medan-magnetik-bumi.
Penulis : Bhakti Satrio Wicaksono
Editor : Shierine Wangsa Wibawa